BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai
sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15),
yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance berarti
kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang
bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah
merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan
filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang
harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan
mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance
akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh
atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan
masyarakat dan sejarah.
Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk member tempat kepada akal
yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu
keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang
diperlukan juga pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap
kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan
akalnya.
Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan
lahir dunia baru yang penghuninya dapat merasa puas atas dasar kepemimpinan
akal yang sehat. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini
didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam
pembuatan makalah ini,sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
dari filsafat itu?
2.
Apa pengertian dari
filsafat modern?
3.
Bagaimana
sejarah awalnya dari filsafat modern?
4.
Bagaimana
perkembangan dari filsafat modern?
5.
Apa ciri-ciri
dari filsafat modern?
6.
Siapa saja
filosof dari era filsafat modern?
7.
Apa saja pokok-pokok
pemikiran dari filosof modern?
C.
TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini,
sebagai berikut:
1.
Agar mengetahui
arti dari pada filsafat dan filsafat modern
2.
Agar memahami
tentang sejarah dan perkembangan filsafat modern
3.
Agar mengetahui
ciri-ciri dari filsafat modern
4.
Agar mengetahui
siapa saja filosof pada masa filsafat modern beserta pemikirannya
D.
MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini,
sebagai berikut:
1.
Dapat
mengetahui arti dari filsafat dan filsafat barat
2.
Dapat memahami
sejarah dan perkembangan filsafat modern
3.
Dapat
mengetahui ciri-ciri dari filsafat modern
4.
Dapat
mengetahui nama-nama filosof pada masa filsafat modern beserta pemikirannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
FILSAFAT MODERN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam sampai ke akar-akarnya dalam
mencari hakikat dari suatu fenomena untuk mempeoleh kebenaran yang
sesungguhnya.
Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal
dari kitab suci atau ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari
diri manusia sendiri. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan
adalah rasio. Aliran emperisme, sebaliknya meyakini pengalaman
Sumber pengetahuan itu,baik yang batin maupun inderawi.
Aliran rasionalisme di pelopori oleh Rene
Descartes(1596-1650M) dalam Discoerse Dela methode tahun 1637 ia menegaskan
perlunya pada metode jitu sebagai dasar kokoh Bagi semua pengetahuan, yaitu
dengan menyaksikan segalanya, secara metodis. namun Tetapi dalam kesangsian
yang metoddis ini ternyata hanya satu hal yang tidak dapat Diragukan,yaitu
‘Saya ragu-ragu’. Ini bukan hayalan,tetapi kenyataan, bahwa ‘Aku ragu-ragu’.
Jika aku menyaksikan sesuatu,aku
menyadari bahwa, aku menyaksikan adanya. Discartes menerima 3
realitas atau substansi bawaan yang sudah ada sejak kita lahir yaitu: Realitas
pikiran, Realitas perluasan, Realitas tuhan Sebagai wujud yang seluruhnya
sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu. Pikiran sesungguhnya
adalah kesadaran, materi adalah keluasan.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan
tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa,
tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada
beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah
rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya,
meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun
yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan
kedua pendapat berbeda.
B.
SEJARAH
FILSAFAT MODERN
Sejarah filsafat terdiri dari tiga periode. Periode
pertama, adalah periode klasik, sebagai kelanjutan era kuno yang dimulai dari
Athena, Alexsanderia, dan pusat-pusat pemikiran Helenistik dan Roma. Periode
kedua, adalah periode pertengahan dan periode ketiga, adalah periode modern
yang dilanjutkan dengan periode post-modernisme.
Socrates masuk pada kategori era klasik bersama para filosof lainnya,
semisal Plato yang menjadi muridnya dan kemunculan
Aristoteles sebagai murid dari Plato menjadi puncak keemasan era
filsafat klasik. Filsafat Plato menemukan sebuah realitas sejati yang
disebutnya sebagai dunia ide yang merangkum segala bentuk
Kebenaran berdasarkan ide atau sisi rasionalitas
manusia.
Baginya realities fisik adalah refleksi terhadap dunia ide. Berbeda dengan
muridnya, Aristoteles memperkenalkan paham realisme. Menurutnya realitas adalah
benda-benda konkrit yang menciptakan kesatuan antara bentuk dan subtansi.
Setelah masa Aristoteles, wacana kefilsafatan menjadi redup. Kerakteristik
filsafat Barat abad pertengahan adalah pembenaran terhadap otoritas Kitab.
Salah seorang yang terkenal pada masa itu adalah Thomas Aquinas
(1225-1274 M), K. St. Bona Venture (1221-1257M). Pemikiran mereka berusaha
untuk merekonsiliasi antara akal dan wahyu. Mereka berusaha menjabarkan
dogma-dogma Kristen dengan ajaran filsafat.
Akal pada waktu itu bagaikan hamba perempuan untuk memuaskan nafsu
“kelaki-lakian” teologi Kristen. Seorang tokoh lain yang muncul pada
waktu itu adalah St. Agustinus (1354-1430M) bahkan tidak percaya dengan
kekuatan akal dalam mencari kebenaran apapun. Baginya kebenaran sepenuhnya
terbenam, berada dalam wahyu Tuhan (teks). Singkatnya, pada masa
itu, persoalan epistemology mengalami kepiluan dan penderitaan di
bawah tafsir tunggal para agamawan yang sekaligus menjadi penguasa politik pada
zaman tersebut .
Kekuasaan keagamaan yang tumbuh berkembang selama abad pertengahan di Eropa
tampaknya menyebabkan terjadinya supremasi Semitik di atas alam pikiran
Hellenistik. Di lain pihak, orang merasa dapat memadukan Hellenisme yang
bersifat manusiawi intelektual dengan ajaran agama yang bersifat
samawi-supernatural. Dari sinilah tumbuh rasionalisme, empirisme,
idelisme, dan positivisme yang kesemuanya memberikan perhatian yang amat besar
terhadap problem pengetahuan nonmetafisika (bukan agama) dan lahirlah
babakan baru yakni babak modern yang ditandai dengan gerakan renaissance.
C. PERKEMBANGAN FILSAFAT MODERN
Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat
Modern.Pada masa ini rasionalisme semakin
dipikirkan.Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan
berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad
15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance.Masa setelah
Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan
berakhirnya Abad Pertengahan itu.Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai
masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
ekonomi.Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan
ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di bidang Filsafat, terdapat
aliran yang terus mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran dari Kungfu dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus
dipertahankan.Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang
penting.
Satu hal
yang yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah ketika kita
melihat perkembangan pemikirannya. Perkembangan pada masa ini menimbulkan
sebuah masa yang amat berperan di dalam dunia filsafat.Inilah yang menjadi awal
dari masa modern.Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode
eksperimental dan matematis.Segala sesuatunya, khususnya di dalam bidang ilmu
pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme.Aristotelian menguasai seluruh
Abad Pertengahan ini melalui hal-hal tersebut.
Pada
masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi. Hal ini
terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan, pertukaran
barang, kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan.Kaum kelas menengah melakukan
upaya untuk bangkit dari keterpurukan dengan mengembangkan suatu kebebasan
tertentu.Kebebasan ini berkaitan dengan syarat-syarat dasar kehidupan. Segala
macam barang kebutuhan bisa dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai
mengambil peranan penting untuk menuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan
cerdas. Dari sudut pandang sosio-ekonomi menjelaskan bahwa individu berhadapan
dengan tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang harus dijawab berdasarkan
kemampuan akal budi yang mereka miliki.Kemampuan ini tanpa harus mengacu kepada
otoritas lain, entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah feodal, maupun ajaran muluk-muluk dari para filsuf.
Dari
sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan
periode dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu
dalam kancah pemikiran filosofis Barat. Filsafat
Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf
terkemuka.Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang
khas.Argumentasi mereka pun tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang
tajam dan pragmatis, ada juga yang sentimental.Sejarah filsafat pada masa
modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau periode, yaitu: zaman Renaissans
(Renaissance), zaman Pencerahan Budi
(Aufklarung), dan zaman Romantik,
khususnya periode Idealisme Jerman.
Ada
beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju
perkembangan ilmiah yang modern.Mereka adalah Leonardo
da Vinci (1452-1519), Nicolaus Coperticus
(1473-1543), Johannes Kepler
(1571-1630) dan Galileo Galilei
(1564-1643).Sedangkan Francis
Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang meletakkan
dasar filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.Dia
merupakan bangsawan Inggris yang
terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan teori Aristoteleles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru
Sekalipun
demikian, Rene Descartes
merupakan filsuf yang paling terkenal pada masa filsafat modern ini.Rene
Descartes (1596-1650) diberikan gelar sebagai bapa filsafat modern.Dia adalah
seorang filsuf Perancis.Descartes belajar filsafat pada Kolese yang dipimpin
Pater-pater Yesuit di desa La Fleche.Descartes menulis sebuah buku yang
terkenal, yaitu Discours de la method pada tahun 1637.Bukunya tersebut
berisi tentang uraian tentang metode perkembangan intelektuilnya.Dia dengan
lantang menyatakan bahwa tidak merasa puas dengan filsafat dan ilmu pengetahuan
yang menjadi bahan pendidikannya.Dia juga menjelaskan bahwa di dalam dunia
ilmiah tidak ada sesuatu pun yang dianggapnya pasti.Segala sesuatu dapat
dipersoalkan dan pada kenyataannya memang dipersoalkan juga.
D.
CIRI-CIRI
FILSAFAT MODERN
Filsafat zaman modern ditandai dengan perubahan dalam bentuk-bentuk
kesadaran atau pola-pola berpikir. Sebagai bentuk kesadaran, modernitas
dicirikan dengan tiga hal yaitu; Subjektivitas, Kritik dan Kemajuan.
Dengan subjektivitas dimaksudkan bahwa manusia menyadari dirinya sebagai
subjectum, yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu.
Lewat modernisasi manusia lebih menyadari dirinya sebagai individu. Di dalam
filsafat kita mendengar pernyataan Decartes yang sangat terkenal yaitu Cogito
Ergo Sum (Saya berpikir maka saya ada). Pernyataan itu adalah formulasi padat
kesadaran zaman modern yang terus dipertahankan. Manusia sebagai individu bisa
mengetahui kenyataan dengan rasionya sendiri.
Elemen selanjutnya adalah kritik. Dengan kritik dimaksudkan bahwa rasio
tidak hanya menjadi sumber pengetahuan, melainkan juga menjadi kemampuan prakti
untuk membebaskan individu dari wewenang tradisi atau untuk menghancurkan
parsangka-prasangka yang menyesatkan. Kant merumuskan kritik sebagai keberanian
untuk berpikir sendiri di luar tuntunan tradisi atau otoritas.Subjektivitas dan
kritik pada gilirannya mengandaikan keyakinan akan kemajuan.
Dengan kemajuan dimaksudkan bahwa manusia menyadari waktu sebagai sumber
langka yang tak terulangi. Waktu dialami sebagai rangkaian peristiwa yang
mengarah pada satu tujuan yang dituju oleh subjektivitas dan kritik
tersebut. Selain itu ada dua hal yang menandai sejarah modern, yakni
runtuhnya otoritas gereja dan mengual otoritas Sains. Dua hal itu yang pada
dasarnya menjelaskan lain-Iainnya.
E. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT MODERN
Adapun aliran-aliran pemikiran yang muncul pada filsafat modern ini:
1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting
untuk memperoleh pengetahuan karena suatu pengetahuan dapat diperoleh dengan
cara berfikir. Dalam aliran ini muncul istilah Cogito ergo sum yang
artinya adalah saya berfikir maka saya ada.Tokohnya:Rene Descartes
2. Empirisme
Aliran empirisme beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar hanya dapat diperoleh lewat indera (empiri) , dan empirilah satu-
satunya sumber pengetahuan.Tokohnya:Thomas
Hobbes. John Locke. David Hume.
3. Kritisme
Aliran kritisme beranggapan bahwa diperlukan upaya agar filsafat dapat
berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Dan jalannya yaitu dengan
pemikiran yang kritis pada setiap gejala- gejala . Karena itu dibutuhkan sebuah
analisis.Tokohnya:Immanuel Kant
4. Idealisme
Idealis pertama dalam pengertian modern ialah Berkeley yang pada abad ke-
18 menolak eksistensi independen benda-benda. Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan
bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan
roh. Menurut aliran idealisme segala peristiwa didunia ini hanya dapat
dimengerti jika suatu syarat tertentu terpenuhi. Tokohnya:Hegel. Schopen
haver, schjeling.
5. Positivisme
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif
sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan
filsafat dan ilmu pengetahuan. Tokohnya:August Comte.
6. Evolusionisme
Aliran evolusionisme dalam pemikirannya memiliki konsep tentang
perkembangan segala sesuatu diatur oleh hukum- hukum mekanik, artinya pada
hakikatnya dimungkinkan adanya perkembangan manusia pada masa yang akan dating
terbentuknya lebih sempurna. Tokohnya:Carles Robert
Darwin.
7. Materialisme
Aliran filsafat materialism memandang bahwa realitas yang ada seluruhnya
adalah materi belaka . Dalam pandangan materialisme tentang manusia bahwa
manusia adalah benda, seperti halnya kayu dan batu yang pada
akhirnya akan kembali kebentuk material asalnya.Tokohnya:Julien De
Temenrle.
8. Neo-
Kantianisme
Herman Chohen, seorang tokoh neo- kantianisme mengemukakan bahwa
keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Karena segala sesuatu
itu baru dikatakan ada apabila terlebih dahulu dipikirkan sehingga apa yang
dipikirkan akan melahirkan isi pikiran. Tokohnya:Wilhem
Windelband, Herman Cohen
9. Pragmantisme
Aliran pragmantisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah
apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat- akibat yang
bermanfaat secara praktis. Artinya segala sesuatu dapat diterima asalkan
bermanfaat bagi kehidupan. Tokohnya: Wiliam James
10. Filsafat Hidup
Filsafat hidup dipengaruhi oleh kemajuan iptek dalam kehidupan
manusia sehungga menimbulkan pandangan bahwa peranan akal piker hanya digunakan
untuk menganalisis sampai menyusun suatu sintesis baru.Tokohnya: Aotan Henry Bergson.
11. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang berarti gejala, yaitu suatu hal
yang tidak nyata. Suatu gejala tidak harus diamati oleh indera karena gejala
juga dapat dilhat secara batiniah dan tidak harus berupa kejadian- kejadian.
Pandangan aliran fenomenologi bahwa sebuah objek harus diberi kesempatan untuk
berbicara yaitu dengan cara diskriptif fenomenologi.Tokohnya: Edmind Hussert.
12. Ekistensialisme
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala
yang berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia bisa berada atau
bereksistensi dalam dunia. Tokohnya: Soren
Kierkegaard.
13. Neo- Thomisme
Aliran ini adalah aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas . Paham
thomisme yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas tidak
sempurna. Kedua, paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas tidak
sempurna masih terdapat hal- hal yang belum dibahas. Ketiga, paham yang
menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti akan tetapi tidak boleh dianggap
ajarannya betul- betul sempurna.Tokohnya: Thomas
Aquinas.
F. FILOSOF DAN PEMIKIRANNYA
1. RENE DESCARTES (1596-1650)
Buku Descartes yang terpenting dalam filsafat murni adalah Discours
de la Methode (1637) dan Meditation (1642). Kedua
buku ini saling melengkapi satu sama lain. Di dalam kedua buku inilah ia
menuangkan metodenya yang terkenal, metode keraguan Descartes (Cartesian
Doubt). Metode ini sering juga disebut Cogito Descartes, atau metode
Cogito saja.
PEMIKIRAN
Cagito Ergo Sum, inilah
sebuah metode yang dihasilkan oleh Descartes dengan menjunjung tinggi suatu
keraguan untuk mengungkap sebuah kebenaran. Ia menyatakan bahwa ketika
seseorang bermimpi, dia pun akan mengalami hal yang sama ketika ia dalam
keadaan terjaga dari tidurnya (seolah-olah nyata). Jelaslah dalam hal ini,
antara bermimpi dengan apa yang dilakukan dikehidupan nyata tidak ada batasan
yang jelas dan tegas. Dari hal semacam inilah keraguan Descartes muncul. Dia
pun meragukan atas keberadaan dirinya, akan tetapi satu hal yang ia tidak dapat
ragukan adalah rasa ragu itu sendiri. Inilah yang menjadi basis filsafat
Descartes, yaitu saya ragu maka saya berfikir dan saya berfikir adalah ada.
Selain Cagito Ergo Sum (aku berfikir, maka aku ada), karya yang terkenal dari
Descartes lainnya adalah Discourse de la Methode dan Meditationes de prima
philosophia. Descartes membedakan adanya tiga ide dalam diri manusia, antara
lain:
1. Innate ideas adalah ide atau pemikiran bawaan sejak manusia tersebut dilahirkan.
2. Adventitious idea adalah ide yang berasal dari luar diri manusia.
3. Factitious idea adalah ide yang dilahirkan oleh fikiran itu sendiri.
Dengan metode Descartes itulah akhirnya memunculkan kembali
bahwa segala sesuatu haruslah dipecahkan dengan rasio (rasionalisme). Melalui
pembuktian, logika dan analisis berdasarkan fakta-fakta, dari pada melalui
dogma, iman maupun ajaran agama. Dengan kata lain, semua permasalahan dapat
dilihat dari sudut pandang realistis, bukan dari sebuah kepercayaan ato
takhayul. Dari sinilah Descartes memulai era Renaissance dimana akal lebih
berpotensi digunakan dari pada hati. Hal itu sama halnya seperti era keemasan
Yunani kuno yang sangat mendewakan akal sebelum pengaruh gereja di abad
pertengahan muncul.
Tahapan metode Descartes dapat diringkas sebagai berikut:
1.
Benda inderawi tidak ada
2.
Gerak, jumlah, volume (ilmu pasti) tidak ada
3.
Saya sedang ragu, saya ada
4.
Saya ragu karena saya berpikir
2. HEGEL (1770-1831)
Nama lengkap
Hegel adalah Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Ia lahir di Jerman pada 27 Agustus
1770 dan meninggal pada 14 November 1831 M. PEMIKIRAN
Tema fisafat
Hegel adalah Ide Mutlak. Oleh karena itu, semua pemikirannya tidak terlepas
dari ide mutlak, baik berkenaan dari sistemnya, proses dialektiknya, maupun
titik awal dan titik akhir kefilsafatannya. Oleh karena itu pulalah filsafatnya
disebut filsafat idealis, suatu filsafat yang menetapkan wujud yang pertama
adalah ide (jiwa). Untuk menjelaskan
filsafatnya, Hegel menggunakan dialetika sebagai metode. Proses dialektika
selalu terdiri dari tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antithesis (fase kedua),
dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Tesis
adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan, lalu
antitesis adalah pengungkapan gagasan yang bertentangan. Sedangkan sintetis
adalah paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan
kesatuan yang selaras. Dalam sintesis itu,
tesis dan antithesis menghilang. Dapat juga tidak menghilang, ia masih ada tapi
sudah diangkat pada tingkat yang lebih tinggi. Proses ini berlangsung terus.
Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis baru dan
menghasilkan sintesis baru, sintesis baru ini segera pula menjadi tesis baru
lagi, dan seterusnya.
Hakikat roh adalah ide yang
berpikir. Dan hakikat ide yang berpikir adalah gerak. Gerak yang terjadi
(sebagai tesis) bukan merupakan gerak yang berjalan lurus, tetapi gerak yang
menimbulkan gerak lain yang berlawanan (anti tesis). Adanya tesis dan anti
tesis ini menimbulkan gerak baru sebagai suatu sintesis. Susuai dengan
dialektika roh, maka filsafat Hegel disususn menjadi tiga tahap yaitu :
-
Tahap pertama ketika roh berada dalam dirinya sendiri
yang disebut logika.
-
Tahap kedua ketika roh keluar dari dirinya sendiri,
sehingga roh berada
dalam keadaan yang berbeda dengan dirinya sendiri dan disebut filsafat alam.
-
Tahap ketiga ketika roh kembali pada dirinya sendiri
dan disebut filsafat
roh.
3. IMMANUEL KANT (1724-1804)
Lahir di
Königsberg, Kerajaan Prusia, 22 April 1724 – meninggal
di Königsberg, Kerajaan Prusia, 12 Februari 1804 pada umur 79
tahun).
PEMIKIRAN
Immanuel Kant seorang filsuf termasyur dari Jerman memiliki tiga pokok pemikiran yang harus diketahui terlebih
dahulu, dikarenakan pemikirannya
begitu original dan terlihat berbeda dari pemikiran para filsuf sebelumnya terutama berangkat dari
filsuf Inggris bernama David Hume, berikut ini
pokok pemikirannya:
1. Panca indera, akal budi, rasio. Kita sudah tahu tentang
arti empirisme yang mementingkan
pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme yang mengedepankan penggunaan rasio dalam memperoleh pengetahuan, tetapi rasio yang kita ketahui
adalah sama dengan akal dan logis, namun
Kant memberi definisi berbeda. Pada Kant istilah “rasio†memiliki arti yang baru, bukan lagi sebagai langsung
kepada pemikiran, tetapi sebagai sesuatu
yang ada “di belakang” akal budi dan pengalaman inderawi. Dari sini dapat dipilah bahwa ada tiga unsur:
akal budi (Verstand), rasio (Vernunft), dan pengalaman
inderawi.
2. Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan
antara rasionalisme dan
empirisme. Ia bertujuan untuk membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya dari satu unsur
saja melainkan dari dua unsur yaitu pengalaman
inderawi dan akal budi. Pengetahuan a-priori merupakan jenis pengetahuan yang datang lebih dulu
sebelum dialami, seperti misalnya pengetahuan
akan bahaya, sedangkan a-posteriori sebaliknya yaitu dialami dulu baru mengerti misalnya dalam
menyelesaikan Rubix Cube. Kalau salah satunya saja
yang dipakai misalnya hanya empirisme saja atau rasionalisme saja maka pengetahuan yang diperoleh tidaklah
sempurna bahkan bisa berlawanan. Filsafat Kant
menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan gabungan (sintesis) antara keduanya.
3. Dari sini timbullah bahwa Kant adalah seorang
Kopernikan dalam bidang filsafat.
Sebelum Kant, filsafat hampir selalu memandang bahwa orang (subyek) yang mengamati obyek, tertuju pada obyek,
penelitian obyek dan sebagainya. Kant
memberikan arah yang sama sekali baru, merupakan kebalikan dari filsafat sebelumnya yaitu bahwa obyeklah yang
harus mengarahkan diri kepada subyek. Kant
dapat dikatakan sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan
dari obyek yang ada tetapi dari yang lebih
dekat terlebih dahulu yaitu si pengamat obyek (subyek).
Dengan
ini tambah lagi salah satu fungsi filsafat yaitu membongkar pemikiran yang sudah dianggap mapan dan
merekonstruksikannya kembali menjadi satu yang
fresh, logis, dan berpengaruh.
4. JOHN LOCKE (1632-1704)
John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.Ia meninggal
tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.
PEMIKIRAN
·
Tentang pengetahuan
Salah satu pemikiran Locke yang paling
berpengaruh di dalam sejarah filsafat
adalah mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan bagaimana
proses manusia mendapatkan pengetahuannya.Menurut
Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini
adalah posisi empirisme yang menolak pendapat
kaum rasionalis yang mengatakan sumber
pengetahuan manusia
yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau
pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh pengetahuan.
Dengan demikian, Locke berpendapat
bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu
belum berfungsi atau masih kosong. Situasi
tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari pengalaman yang
dijalani oleh manusia itu.
Rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman
manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama
pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.Dan pengetahuan yang
diperoleh manusia terdiri dari sensation dan reflection.Sensation adalah unsur-unsur
pengalaman pancaindera yang disebabkan perangsang-perangsang
di luar manusia, yaitu cahaya, suara, bau, manis dan sebagainya.Sedangkan Reflection adalah
kesadaran atau pengetahuan akan pengalaman suatu
sensasi tadi.Misalnya, melihat cahaya
warna putih itu merupakan sebuah sensasi, sedangkan kesadaran bahwa kita sedang melihat
cahaya putih itu merupakan suatu refleksi.
·
Proses manusia
mendapatkan pengetahuan
Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan
pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan
sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris. Ada
empat jenis pandangan sederhana:
1. Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna
diterima oleh mata, dan bunyi diterima
oleh telinga.
2. Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.
3. Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya
ingatan.
4. Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan dan
refleksi. Misalnya, rasa tertarik, rasa heran, dan waktu.
Di dalam proses terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio dan
pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi. Setelah
pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja
membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas).Rasio bekerja
membentuk pandangan kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan
menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.Ada tiga jenis
pandangan kompleks yang terbentuk:
1. substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya pengetahuan tentang
manusia atau tumbuhan.
2. modi (cara mengada suatu hal) atau pandangan kompleks yang keberadaannya
bergantung kepada substansi. Misalnya, siang adalah modus dari hari.
hubungan sebab-akibat (kausalitas). Misalnya saja, pandangan kausalitas dalam pernyataan: "air
mendidih karena dipanaskan hingga suhu
100° Celcius.
5. WILLIAM JAMES (1842-1910)
Tokoh yang dilahirkan di New York City ini menjadi orang
yang paling bertanggung jawab membuat
pragmatisme terkenal di seluruh dunia.
Secara ringkas, William James mengatakan pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita
ketahui.
PEMIKIRAN
Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang
hidupnya ia mengalami konflik antara
pandangan agama. Ia beranggapan bahwa masalah
kebenaran tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoritis. Yang ia inginkan adalah
hasil-hasil yang konkrit. Dengan demikian,
untuk mengetahui kebenaran dari ide tau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-konsekuensi praktisnya.
Kaitannya
dengan agama, apabila ide-ide agama dapat memperkaya kehidupan, maka ide-ide itu benar.
Yang paling merusak dalam filsafat itu, di antaranya: pandangan bahwa tidak ada hukum moral
umum, tidak ada hukum moral umum,
tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subjektivisme dan individualisme.
Dua hal yang mengancam kemanusiaan dan
manusia itu sendiri. tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap,
yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang
mengenal. Sebab pengalaman mengatakan apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman
berikutnya.
6. SOREN KIERKEGAARD (1813-1855)
PEMIKIRAN
Suatu reaksi terhadap idealisme yang sama sekali berbeda
dari reaksi materialisme ialah
yang berasal dari pemikiran Denmark yang bernama
Soren Kierkegaard, filsafat tidak
merupakan suatu sistem,tetapi suatu
pengekspresian eksistensi individual. Keberatan utama yang diajukan oleh Kierkegaardkepada Hegel ialah
karena Hegel meremehkan eksistensi
yang kongkret karena ia ( Hegel) mengutamakan idea yang sifatnya umum. Menurut Kierkegaard , manusia tidak pernah
hidup sebagai suatu”aku umum”
tetapi sebagai ”aku individual” yang sama sekali
unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam suatu yang lain. Dengan demikian , Kierkegaard
memperkenalkan istilah” eksistensi ”
dalam suati arti yang
mempunyai peran besar pada abad ke-20. Hanya manusia yang mampu bereksistensi , dan eksistensi saya tidak saya
jalani satu kali untuk selamanya,
tetapi pada setiap saat eksistensi saya menjadi objek pemilihan baru. Bareksistensi ialah bertindak tidak ada orang
lain yang bisa dapat menggantikan
tempat saya untuk bereksistensi atas nama saya.
Untuk
melukiskan pemahamannya mengenai eksistensi, Kierkegaard
membaginya dalam tiga tahap, yakni eksistensi tahap estetis, eksistensi tahap etis dan
eksistensi tahap religius. Dalam eksistensi
tahap estetis, karakteristik dasar yang ditunjukkan adalah keterbukaan
terhadap pengalaman emosi dan sensual. Individu estetis menganggap kesenangan dan kenikmatan inderawi
sebagai unsur yang fundamental
dalam hidupnya. Di sini, Don Juan ditampilkan sebagai prototipe manusia estetis yang senantiasa berusaha
dengan beragam cara untuk memenuhi hasrat sensualnya
yang bersifat sesaat (momentary) dan langsung
(immediate). Bagi Kierkegaard, usaha manusia estetis dalam mengejar kesenangan dan
kenikmatan inderawi pada dasarnya akan berakhir
dalam keputusasaan. Karena itu, peralihan ke tahap berikutnya yakni
tahap etis menjadi tuntutan mutlak yang harus dipenuhi. Eksistensi tahap etis ditandai dengan
keterbukaan dan penerimaan yang mutlak terhadap
norma moral universal. Sokrates dipilih sebagai sosok manusia etis yang rela berkorban
demi cinta dan ketaatannya pada norma universal.
Kenyataannya, pada tahap ini, manusia tidak menemukan ketenangan dalam hidupnya. Manusia etis dililit
keputusasaan dan akhirnya
baru menemukan makna hidupnya dalam relasi personalnya dengan
Allah (tahap religius). Ia melakukan loncatan kepercayaan melampaui segala
pertimbangan rasional. Dalam kebersatuannya dengan Allah, manusia menemukan pembebasan dan
kepenuhan cara beradanya.
Dari
uraian di atas terlihat bagaimana Kierkegaard melukiskan proses pergulatan manusia
yang dinamis atau ‘proses menjadi’ dalam diri manusia
yang berlangsung terus-menerus untuk mencapai diri yang kongkret di hadapan Allah. Manusia adalah subyek
yang aktif yang senantiasa meninggalkan kekinian dan
bergerak maju demi mencapai kepenuhan
eksistensinya. Kebebasan untuk memilih, seperti tampak dalam uraian Kierkegaard mengenai tiga tahap eksistensi
di atas, merupakan
nilai yang paling mendasar yang membuat manusia menjadi seorang individu yang kongkret. Semuanya ini
membutuhkan suatu komitmen
yang tegas karena melalui komitmennya yang tegas, manusia dapat memperoleh makna hidupnya.
Kierkegaard menerangkan bahwa makna
hidup manusia ditemukan dalam Allah (eksistensi religius). Dengan demikian, unsur
religius dari eksistensi manusia mendapat penekanan
yang sentral dalam refleksi filsafati Søren Kierkegaard.
7.THOMAS HOBBES (1588-1679)
Thomas
Hobbes (1588-1679) dilahirkan di Malmesbury, sebuah kota kecil
yang berjarak 25 kilometer dari London. Ia dilahirkan pada tanggal 15 April 1588.Hobbes meninggal pada tanggal 4
Desember 1679.
PEMIKIRAN
·
Tentang kemandirian
filsafat
Hobbes dikenal sebagai salah seorang perintis
kemandirian filsafat.Hobbes
berpendapat bahwa selama ini, filsafat banyak disusupi gagasan religius.Hobbes menegaskan bahwa obyek filsafat
adalah obyek-obyek lahiriah yang
bergerak beserta ciri-cirinya.Menurutnya, substansi
yang tak dapat berubah, seperti Allah, dan substansi yang tak dapat
diraba secara empiris, seperti roh, malaikat, dan sebagainya, bukanlah obyek dari filsafat. Hobbes
menyatakan bahwa filsafat harus membatasi
diri pada masalah kontrol atas alam.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Hobbes menyatakan hanya ada empat bidang di dalam filsafat,
yakni:
1.
Geometri, yang
merupakan refleksi atas benda-benda dalam ruang.
2.
Fisika, yang merupakan
refleksi timbal-balik benda-benda dan gerak mereka.
3.
Etika, yang dalam pengertian
Hobbes dekat dengan psikologi. Maksudnya, refleksi atas hasrat dan perasaan manusia serta gerak-gerak
mentalnya.
4.
Politik, yang adalah
refleksi atas institusi-institusi sosial.
·
Tentang pengenalan
Sebagai penganut empirisme, Hobbes menganggap bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman semata-mata.Tidak seperti
kaum rasionalis, pengenalan dengan
akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis. Pengenalan
dengan akal dimulai dengan kata-kata yang menunjuk pada tanda-tanda tertentu yang sebenarnya sesuai dengan kebiasaan
saja. Pengertian-pengertian umum
hanyalah nama belaka, yaitu sebagai nama bagi
gambaran-gambaran ingatan tersebut, bukan nama benda pada dirinya sendiri. Pengamatan indrawi
terjadi karena gerak benda-benda di luar
manusia yang menyebabkan adanya rangsangan terhadap indra manusia. Rangsangan tersebut
diteruskan ke otak, dan dari otak ke jantung.Di dalam jantung
timbullah reaksi tertentu yang merespons pengamatan
tersebut.
·
Manusia
Pandangan Hobbes tentang manusia dimulai dengan pertanyaan: apa yang menggerakkan manusia? (what makes him
tick?).Di sini, Hobbes membandingkan
manusia dengan sebuah jam tangan yang bergerak secara
teratur karena ada onderdil-onderdil di dalamnya. Hobbes memandang manusia secara mekanis belaka.Manusia
adalah setumpuk material yang
bekerja dan bergerak menurut hukum-hukum ilmu alam. Untuk itu, ia menyingkirkan segala macam anggapan
moral-metafisik tentang manusia.
Misalnya saja, pandangan bahwa manusia memiliki kodrat sosial, kebebasan, keabadian jiwa, dan sebagainya.Jiwa dan akal budi
hanya dianggap sebagai bagian dari proses mekanis di dalam tubuh.
Setelah mengetahui seluruh kaitan antara onderdil-onderdil dari sebuah jam tangan, maka kita dapat
mengetahui prinsip kerja yang menyebabkan
jam tangan itu bergerak.Kesimpulan akhir Hobbes mengenai faktor penggerak manusia adalah psikis manusia, yakni
nafsu. Nafsu yang paling kuat dari
manusia adalah nafsu untuk mempertahankan
diri, atau dengan kata lain, ketakutan akan kehilangan nyawa.Dari dasar pemikiran itulah Hobbes kemudian
merumuskan pandangannya tentang negara
yang amat terkenal.
8.AUGUST COMTE (1798-1857)
Auguste Comte dilahirkan di Mont Pellier, Perancis, tahun 1798, Seorang filsuf kenamaan dari
Perancis yang terkenal sebagai Bapak Sosiologi.
PEMIKIRAN
Menurut
Comte pengembangan pengetahuan manusia baik perseorangan
maupun umat manusia secara keseluruhan, melalui tiga zaman atau tiga Stadia. Menurutnya, perkembangan
menurut tiga zaman ini
merupakan hukum yang tetap. Ketiga zaman itu adalah Zaman Teologis,
Zaman Metafisika dan zaman Ilmiah atau Positif.
1.
Zaman Teologis
Pada zaman teologis, manusia percaya
bahwa dibelakang gejala- gejala
alam terdapat kuasa - kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala - gejala
tersebut. Kuasa - kuasa ini dianggap sebagai makhluk
yang memiliki rasio dan kehendak seperti manusia, tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada
tingkatan yang lebih tinggi dari pada makhluk
– makhluk insan biasa.
Zaman teologis dibagi lagi menjadi tiga
periode berikut :
a.
Animisme. Tahap Animisme merupakan tahap paling primitif karena benda-benda dianggap mempunyai jiwa.
b.
Politeisme. Tahap Politeisme merupakan perkembangan dari tahap pertama. Pada tahap ini manusia
percaya pada dewa yang masing - masing
menguasai suatu lapangan tertentu; dewa laut, dewa gunung, dewa halilintar dan sebagainya.
c.
Monoteisme. Tahap Monoteisme ini lebih tinggi dari pada dua tahap sebelumnya, karena
pada tahap ini, manusia hanya memandang satu
Tuhan sebagai Penguasa.
2.
Zaman Metafisis
Pada zaman ini manusia hanya
sebagai tujuan pergeseran dari tahap
teologis. Sifat yang khas adalah kekuatan yang tadinya bersifat adi kodrati,diganti dengan
kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengertian abstrak,
yang diintegrasikan dengan alam.
3.
Zaman Positif
Zaman ini dianggap Comte sebagai zaman
tertinggi dari kehidupan
manusia. Alasanya ialah pada zaman ini tidak ada lagi usaha manusia untuk mencari
penyebab - penyebab yang terdapat dibelakang fakta- fakta. Manusia kini telah membatasi diri
dalam penyelidikannya pada
fakta-fakta yang disajikannya.Atas dasar observasi dan dengan menggunakan rasionya,
manusia berusaha menetapkan relasi atau hubungan
persamaan dan urutan yang terdapat antara fakta-fakta. Pada zaman terakhir inilah
dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.
Hukum tiga zaman
tidak hanya berlaku pada manusia sebagai anak,
manusia berada pada zaman teologis, pada masa remaja ia masuk zaman metafisis dan pada masa
dewasa ia memasuki zaman positif.
Demikian pula Ilmu Pengetahuan
Berkembang mengikuti zaman tersebut
yang akhirnya mencapai puncak kematangannya pada Zaman Positif
9.DAVID HUME(1711-1776).
Hume lahir di Edinburgh Skotlandia, (1711-1776).
PEMIKIRAN
Hume merupakan
puncak aliran empirisme. Baginya dan tokoh lain, pengalaman (empirea) lebih
dari pada rasio sebagai sumber pengetahuan, baik pengalaman intern maupun
ekstern. Menurutnya, semua ilmu berhubungan dengan hakekat manusia. Ilmu
inilah yang merupakan satu-satunya dasar kokoh bagi ilmu lain.
Hume juga menyatakan bahwa semua pengetahuan dimulai dari pengalaman indra
sebagai dasar. Kesan (impression) bagi Hume, sama dengan penginderaan
(sensasional) pada Lock, adalah basis pengetahuan. Semua persepsi jiwa manusia
terbentuk melalui dua alat yang berbeda, yaitu impression dan idea. Perbedaan
keduanya terletak pada tingkat kekuatan dan garisnya menuju kekuatan besar dan
kasar disebut impression (kesan) dan semua sensasi nafsu, emosi termasuk
kategori ini begitu masuk kedalam jiwa. Sedangkan idea adalah gambaran kabur
(faint mage) tentang persepsi yang masuk tadi ke dalam pikiran.
Hume juga tidak mengakui bahwa adanya
kausalitas atau hukum sebab akibat. Pada umumnya
orang berpedapat, bahwa penyimpulan soal-soal yang nyata
tampaknya didasarkan atas hubungan
sebab akibat. Kita menuangka air pada bejana, kemudian di bawah
bejana itu kita nyalakan api. Setelah beberapa waktu air itu mendidih.Apa
yang diberitahukan oleh pengamatan kita? semula pengamatan mendapatkan kesan gejala pertama, yaitu air
bejana. Setelah
beberapa waktu pengamatan mendapat gejala yang kedua,yaitu
air
mendidih. Oleh karena kesan bejana yang kedua itu kita terima setelah ada api
dibawah bejana padahal kesan itu terus menerus kita terima jikalau ada api ditempatkan dibawah bejana yang berisi air, timbullah asosiasi tertentu, yang menjadikan akal
kita cenderung berpendapat
seolah-olah api itulah yang menghubungkan air dingin dengan air mendidih. Hubungan ini kita anggap
sebagai suatu hal yang pasti.Yang
disebut kepastian hanya mengungkapkan harapan kita saja dan tidak
boleh dimengerti lebih dari “probable” (berpeluang). Maka Hume menolak kausalitas, sebab harapan bahwa sesuatu
mengikuti yang lain
tidak melekat pada hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita. Hukum alam adalah
hukum alam. Jika kita bicara tentang “ hukum alam“ atau “ sebab – akibat”,
sebenarnya kita membicarakan apa yang kita
harapkan, yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan
kita saja.
10.BLAISE PASCAL (1623-1662)
Blaise Pascal (lahir di Clermont-Ferrand, Perancis, 19 Juni 1623 – meninggal di Paris, Perancis, 19 Agustus 1662 pada umur 39 tahun)
berasal dari Perancis.
PEMIKIRAN
· Le Coeur
Le
couer a ses raison ne connait point (Hati mempunyai alasan- alasan yang tidak dimengerti oleh rasio) adalah ungkapan Pascal yang sangat terkenal. Dengan pernyataan
ini Pascal tidak bermaksud menunjukkan
bahwa rasio dan hati itu bertentangan. Hanya saja menurut
Pascal, rasio atau akal manusia tidak akan sanggup untuk memahami semua hal.
Baginya "hati" (Le couer) manusia adalah jauh lebih penting.
Hati
yang dimaksudkan oleh Paskal tidak semata-mata berarti emosi. Hati adalah pusat dari segala aktivitas jiwa
manusia yang mampu
menangkap sesuatu secara spontan dan intuitif. Rasio manusia hanya mampu membuat
manusia memahami kebenaran-kebenaran matematis dan ilmu alam. Dengan
memakai hati, manusia akan mampu memahami
apa yang lebih jauh daripada itu yakni pengetahuan tentang
Allah.
Kebenaran
tidak hanya diketahui oleh akal saja tetapi juga dengan hati, bahkan menurut Paskal untuk
dapat mengenal Allah secara langsung
manusia harus menggunakan hatinya. Dengan demikian Paskal hendak menegaskan bahwa rasio
manusia itu memiliki batas sedangkan iman tidak terbatas.
· Le Pari
Le
Pari atau
"Pertaruhan" adalah argumen Paskal lainnya yang terkenal. Gagasan ini terkait
dengan persoalan mengenai ada tidaknya Allah
dalam sejarah filsafat. Ada
orang-orang-orang skeptik yang kerap kali
mencemooh orang-orang Kristen yang
percaya bahwa Allah itu ada sementara mereka sendiri tidak dapat
membuktikan secara rasional bahwa
Allah itu tidak ada. Ia kemudian membuat sebuah pertaruhan mengenai ada atau tidaknya
Allah.
Dalam
hal ini Paskal mengambil posisi sebagai orang yang percaya akan adanya Allah. Alasannya, bila
ternyata Allah memang ada, orang-orang
yang percaya kepada Allah akan menang dan hidup berbahagia bersama Allah yang diimani di
sorga kelak.
Sementara bila ternyata Allah memang tidak ada dan
orang-orang percaya kalah maka mereka
tidak akan menderita kerugian apapun. Hidup baik yang telah mereka jalani selama berada di dunia sudah merupakan keutamaan yang membuat
kehidupan mereka dan orang lain bahagia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau
ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari diri manusia sendiri.
Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio. Aliran
emperisme, sebaliknya meyakini pengalaman Sumber pengetahuan
itu,baik yang batin maupun inderawi.
Filsafat
zaman modern ditandai dengan perubahan dalam bentuk-bentuk kesadaran atau
pola-pola berpikir. Sebagai bentuk kesadaran, modernitas dicirikan dengan tiga
hal yaitu; Subjektivitas, Kritik dan Kemajuan.
Aliran-Aliran Filsafat Modern: Rasionalisme,
Empirisme, Kritisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme,
Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, Neo- Thomisme.
Descartes, pascal, Kant, Hegel,
August Comte dan john locke adalah beberapa
nama dari ahli-ahli yang mempelopori dan mendukung teori-teori aliran filsafat modern. Selain nama-nama
tersebut, masih banyak ahli yang turut berpartisipasi
mendukung teori yang lahir di zaman filsafat modern.
Filsafat
yang lahir di zaman sekarang, sebenarnya tidak berbeda jauh dari filsafat zaman modern. Karena pada dasarnya, filsafat
yang muncul di masa sekarang merupakan
pengembangan dari ajaran filsafat yang telah ada di zaman filsafat modern, dan kini mengalami sintesis yang
menjadikan jumlahnya menjadi relative
lebih sedikit daripada aliran filsafat zaman modern.
B. SARAN
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan
siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami model dan konsep filsafat zaman modern. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang
baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran
para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.Demikianlah
penjelasan tentang filsafat zaman modern, bila kiranya ada salah dalam penulisan kata-kata kami
mohon maaf, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment