UA-52208526-1 Semuanya Ada Di Sini!!!: Resume Buku Psikologi Sosial karangan DR. W.A. Gerungan, Dipl. Psych

Friday 20 June 2014

Resume Buku Psikologi Sosial karangan DR. W.A. Gerungan, Dipl. Psych



BAB I
PENDAHULUAN


A.           Istilah Ilmu Jiwa Dan Psikologi
Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, kita menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian dengan pertimbangan terdapat perbedaan yang jelas dalam maknanya, yaitu:
1.        Ilmu jiwa merupakan istilah dalam bahasa Indonesia sehari-hari dan dipahami setiap orang sehingga kita pun menggunakannya dalam arti yang luas karena masyarakat telah memahaminya. Sedangkan kata  psikologi merupakan suatu istilah ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah sehingga kita  menggunakannya untuk merujuk kepada pengetahuan ilmu jiwa yang bercorak ilmiah tertentu.
2.        Ilmu jiwa yang kita artikan dalam arti yang lebih luas daripada istilah psikologi . Ilmu jiwa meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, dan juga meliputi segala khayalan dan spekulasi mengenai jiwa itu. Psikologi meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana disepakati oleh para sarjana psikologi masa kini. Istilah ilmu jiwa merujuk kepada ilmu jiwa pada umumnya, sedangkan istilah psikologi merujuk kepada ilmu jiwa yang ilmiah menurut norma-norma ilmiah modern.
Dengan demikian tampak jelas bahwa yang disebut ilmu jiwa itu belum tentu psikologi, tetapi psikologi tentu merupakan ilmu jiwa. Contoh : Apabila secara kebetulan kita memperoleh kesan-kesan umum mengenai kecakapan dan sifat-sifat kepribadian seseorang, kita sebenarnya sudah melakukan kegiatan ilmu jiwa. Akan tetapi kegiatan tersebut baru kita sebut psikologi apabila cara-cara mengumpulkan keterangan mengenai kecakapan dan kepribadian orang itu dilengkapi dengan metode-metode yang lebih  objektif, seperti tes-tes ysng distandarisasi dan dengan wawancara- wawancara serta observasi-observasi yang teratur yang dilakukan dengan sengaja oleh orang terlatih

B.            Sekedar Sejarah Ilmu Jiwa.
Sebenarnya sejak berabad-abad lamanya manusia telah ber-“ilmu jiwa”, telah memikirkan dengan khusus apakah hakekat dari pada jiwa manusia dan jiwa makhluk lainnya. Pemikiran ini bersifat filsafah terutama dalam arti, mencari pengetahuan mengenai dasr-dasarnya dan hakekatnya jiwa itu. Corak pemikiran filsafah zaman lampau itu ialah “atomistis”, dalam arti bahwa jiwa manusia dianggap sebagai sesuat yang constant dan tidak berubah.
Pandangan ilmu  jiwa zaman lampau itu tidak hanya memisahkan jiwa dari pada raga, melainkan jiwa itupun dipisah-pisahkanyya menjadi “daya-daya tertentu yang bekerja tersendiri secara terbatas tanpa ada saling hubungannya yang dinamis antara yang satu dengan yang lain. Maka pandangan semacam ini disebujt pula pandangan “atomistis”. Yang hanya memperhatikan pecahan-pecahan dari pada jiw-manusia serta fungsi-fungsinya yang terbatas-batas, tanpa memperhatiakn saling hubungan serta dinamika ke dalam seluruh jiwa raga itu.
1.             Plato
Plato berpendapat bahwa jiwa manusia itu terbagi atas dua bagian, ialah jiwa rohaniah dan jiwa badaniah. Jiwa rohaniah berpokok pada ratio dan logika manusia, dan merupakan bagian jiwa  yang tertinggi, sebab tak pernah akan mati. JIwa badaniah itu dibagi ke dalam dua bagian lagi, ialah bagian jiwa dan disebutnya kemauan dan bagian yang kedua disebutnya nafsu perasaan. Kemauan itu adalah jiwa badaniah yang berusaha untuk mentaati ratio kecerdasan, sedangkan nafsu perasan merupakan jiwa badaniah yang senantiasa melawan ketentuan-ketentuan dari ratio kecerdasan manusia.


2.             Aristoteles
Pendapat Aristoteles, (tahun 384-323 S.M.) baginya ilmu jiwa adalah ilmu mengenai gejala-gejala hidup. sehingga tiap-tiap makhluk hidup itu sebenarnya mempunyai jiwa.
Penemuan aristoteles yang kelak mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu jiwa perumusannya mengenai dalil-dalil asosiasi dalam ingatan orang. Menurut aristoteles maka dua atau lebih ingatan, mudah terasosiasi apabila ingatn-ingatan tersebut berdasarkan kejadian-kejadian yang dahulunya telah berlangsung:
a.     Pada waktu yang sama
b.    Dengan berurutan waktu
c.     Dengan persamaan artinya
d.    Dengan berlawanan artinya.
3.             Descaste
Menurut descaster maka manusia itu terdiri atas 2 macam zat yang berbeda secara hakiki,  ialah  res cogitans atau zat yang dapat berfikir dan res extensa atau zat yang mempunyai luas.
Menurut pendapat Descartes makailmu jiwa adalah pengetahuan mengenai gejala-gejala pemikiran atau gejala-gejala kesadaran manusia, terlepas dari badanya. Hubungan jiwa raga adalah demikian erat, sehingga tekanan jiwa yang besar dapat mempengaruhi kesehatan badan penyakit yan psychogeen, dan sebaliknya.
4.             Jonh Locke
Jonh Locke berpendapat  bahwa :
a.    Semua pengetahuan, tanggapan dan perasaan jiwa manusia itu diperolehnya karena pengalaman melalui alat-alat indranya.
b.    Susunan gejala-gejala manusia menurut J. Locke itu pada akhirnya terdiri atas unsur-unsur pengalaman sederhana yang menggabungkan diri menjadi gejala jiwa yang lebih rumit seperti komplek-komplek perasaan , berteori yang sulit dll.


5.             David Hume
Menurut hume terdapat pula unsure-unsur pengalaman lainnya ialah: impression (rasa), dan ideas (ingatan), sehingga kelangsungan-kelangsunagn di dalam jiwa orang itu dapat diuraikan ke dalam dasar unsure-unsurnya sebanyak 4 buah itu . ialah:
a.    Impression of sensations
b.    Impression of refrections
c.    Ideas of sensations
d.   Ideas of refrections,
Menurut hume terdapatlah tiga dalil asosiasi .ialah:
a.    Asosiasi karena berdekatan dalam waktu dan ruang
b.    Asosiasi karena persamaan artiasosiasi karena sebab akibat
6.             Wilhelm Wundt
Bahwa gejala kejiwaan itu mempunayi sifat-sifat atau dalil-dalil yang khas dan yang harus diselidiki oleh sarjana ilmu jiwa secara khas, mendirikan suatu laboratorium psychology pertama, yang menjadi pusat penelitian psychology secara experimentil. “Bewusztsinspychologie”, atau gejal-gejala  psychis yang berlangsung di dalam jiwa yang sadar bagi diri manusia itu, sesuai dengan rumusan Descartes mengenai gejala-gejala kesadaran manusia.
7.             Sigmund Freud
Bahwa pergolakan jiwa manusia itu tidak hanya melibatkan kelangsungan yang sadar bagi diri orang yang bersangkutan, melainkan juga melibatkan pergolakan yang tidak sadar atau bawah sadar pada diri orang tersebut. Menurut freud terdapatlah tiga golongan gejala-gejala jiwa yang membuktikan adanya dinamika daripada alam taksadar itu. Ialah :
a.    Gejala-gejala tingkah-laku keliru
b.    Gejala-gejala mimpi
c.    Gejala-gejala neurose


8.             Szondi
Szondi, seorang Hungaria yang gidup di Swiss, merupakan penemu dari alam tak sadar kekeluargaan atau “das familiaere Unbewusste”. Alam tak sadar keluarga itu merupakan sesuatu yang dimiliki oleh sekeluarga serta turunan-turunannya. Menurut Szondi, alam-tak-sadar-keluarga ini turut menentukan nasib riwayat kehidupan anggota-anggota keluarga yang bersangkutan, oleh karena alam tak sadar ini mempengaruhinya dalam hal memilih kawan-kawan sekelompok. Memilih pendidikan lanjutan, memilih jabatan, memilih jodoh dengan kata pendek, alam tak sadar-keluarga ini mempengaruhi, semua pilihan-pilihan yang menentukan jalan riwayat kehidupan orang.
9.             Carl C. Jung
Menurut Jung disamping adanya alam-tak-sadar individual (Freud) dan alam-tak-sadar keluarga (Szondi) terdapat pula semacam alam-tak-sadar kollektif yang lebih umum dan yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat, bangsa atau umat manusia.

C.           Iktisar Lapangan Psychology
Pertama-tama dapat kita bedakan I psychology teoretis dan II psychology terlaksana (applied psychology). Psychology teoristis itupun tidak dapat digolongkan kepada dua golongan utama, ialah A. psychology Umum dan B. psychology khusus.
1.             Psychology teoretis
a.    Psychology Umum
Menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegiatan psychis pada umunya dari pada umumnya dari pada manusia dewasa dan normal, termasuk kegiatan-kegiatan pengamatan , pemikiran, intelegensi, perasaan, kehendak, motif-motif dstny.



b.    Psychology khusus
Menguraikan dan menyelidiki segi-segi khusus dari pada kegiatan psychis manusia . dan segi-segi khusus itu adalah bermacam - macam. Seperti psychology perkembangan, psychology kepribadian, psychology sosial, psychology pendidikan, dll
1)        Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan meninggal. Terapan dari ilmu psikologi perkembangan digunakan di bidang berbagai bidang seperti pendidikan dan pengasuhan, pengoptimalan kualitas hidup dewasa tua, penanganan remaja.
2)        Psikologi kepribadian,  menguraikan struktur kepribadian manusia sebagai suatu keseluruhan serta mengenai jenis – jenis kepribadian.
3)        Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok.
4)        Psikologi pendidikan adalah  proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan.
c.    Psychology Terapan (Praktis).
1)        Psikologi  psikodiagnostik adalah suatu cara menegakkan diagnosa berdasarkan pemeriksaan yang berakhir menjadi suatu diagnosa kepribadian.
2)        Psikologi klinis adalah cabang psikologi yang berfokus pada penanganan, penganalisisan, dan diagnosa penyakit-penyakit jiwa.[1] Lahan kerja psikologi klinis meliputi banyak hal, mulai dari kelainan emosi jangka pendek, seperti konflik keluarga, hingga kelainan mental yang sangat parah, seperti schizophrenia.
3)        Psikologi perusahaan mempelajari aktifitas-aktifitas manusia dalam hubungannya dengan kehidupan lingkungan perusahan atau orgasnisasi.
4)        Psikologi pendidikan adalah  proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan.
d.   Obyekdari Pada Psychology
Obyek daripada ilmu jiwa modern ialah manusia serta kegiatan-kegiatannya dalam hubungannya dengan lingkungannya.  Tiga segi utama dari pada manusia itu , ialah manusia secara hakiki sekaligus merupakan
1.   Makhluk individual
2.   Makhluk sosial
3.   Makhluk berke-Tuhanan
a)         Manusia Makhluk Individu
Manusia adalah makhluk individual”. Berarti tidak dapat  dibagi-bagikan , makhluk yang tidak dapat dibagi-bagikan. (in-dividere).
Baruslah psychologi zaman modern inilah menegaskan bahwa kegiatan jiwa manusia dalam kehidupan sehari-harinya itu merupakan kegiatan keseluruhan jiwaranganya, dan bukan kegiatan alat-alat tubuh saja atau kemampuan-kemampuan jiwa satu persatu terlepas daripada yang lain.
b)        Manusia Adalah Makhluk Sosial
Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan ialah bahwa mnusia secara hakiki merupakan makhluk sosial .Sejak ia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lani untul memenuhi kebutuhan –kebutuhan biologisnya , makan, dan minum dan lain-lainnya.
Pada dasarnya peribadi manusia tak sanggup hidup seorang diri tampa lingkungan pasychis atau rohaniahnya walapun secara biologis- fisiologis ia mugkin dapat mempertahankan pada kehidupan vegetatif.


c)         Manusia Sebagai Makhluk Berke-Tuhanan
Sebab Bagi-bagi tiap manusia , terutama di Indonesia, yang sudah jelas bahwa sulit sekali untuk menolak adanya kepercayaan akan tuhan , sebagai segi hakiki dalam perikehidupan manusia, dan bahwa segi ini adalah segi khas bagi manusia pada umumnya.
Walaupun begitu secara psychologis dapat diakui bahwa segi manusia mahluk berke-tuhanan itu dapat pula dengan sadar atau tidak sadar ditunjukan dan digerakan oleh sesuatu obyek yang bukan merupakan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta seluruh univerrsum itu, universum yang tak terhingga dan yang menurut ahli-ahli ilmu alam sekrang-kurangnya berumur 2000 juta tahun lagi.
           


















BAB II
ILMU JIWA SOSIAL

A.      Pengertian
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan - kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi - situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh - tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.

B.       Pokok- pokok
Faktor pokok dalam ilmu jiwa sosial,yaitu:
1.    Hubungan antarmanusia;                      
2.    Sifat-sifat dan Struktur kelompok; 8.      
3.    Kepemimpinan (leadership);               
4.    Sikap (attitude) social;                         
5.    Peranan kelompok dalam perkembangan individu
6.    Psikologi anak-anak jahat dan lain-lain
7.           Kehidupan manusia di kelompoknya;
8.           Pembentukan norma sosial;
9.           Dinamika kelompok (group dynamic);
10.     Perubahan sikap social;

C.      Objek Material
Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia.


D.      Perkembangan Psikologi Sosial
Dalam sejarahnya yang masih pendek, perkembangan psikologi sosial dapat di uraikan melalui beberapa tahap yaitu masa dalam kandungan, mas a bayai, masa kanak-kanak,masa dewasa, dan masa yang akan datang

E.       Gabriel Tarde (1842-1904)
Gabriel tarde (1842-1904) ia adalah seorang sosiologi dan kriminologi prancis yang dianggappula sebagai bapak psikologi sosial (social interaction) tarde berpendapat bahwa semua hubungan sosial selalu berkisar pada proses imitasi, bahkan semua pergaulan antar manusia hanyalah semata-mata berdasarkan atas proses imitasiitu.

F.       Gustav le bon (1841-1892)
Gustav le bon (1841-1892) ia terkenal karena sumbangannya psikologi massa, yang dimaksud dengan massa adalah kumpulan orang-orang untuk sementara waktu karena minat dan kepentingan bersama. Ia juga mengatakan bahwa massa itu mempunyai jiwa tersendiri yang berlainan sifatnya dengan sifat-sifat jiwa individu.
Ciri-ciri massa tersebut ialah:
1.         Suatu kumpulan dari banyak orang berjumlah ribuan atau ratusan
2.         Berkumpul dan mengadakan saling hubungan sementara waktu
3.         Karena minat atau kepentingan bersama yang sementara pula.

G.      Definisi Dan Metode – Metode
1.    Objek Material
Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsur yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia
2.    Objek formal
Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari matanya.

H.      Rumusan
1.    Tingkah laku manusia( Hubert Bonne “Social Psychology”r)
2.    Tingkah laku individu manusia sebagai anggota suatu masyarakat.( A.M. Chorus “Gronslagen der sociale Psycologie”)
3.    Pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam kaitannya dengan situasi-situasi perangsang sosial. .( Sherif & Sherif “An Outline of Social Psychology”)
4.    Segi-segi psycholois daripada tinghkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh interaksi sosial. .( Roueck and Warren“Sociology”)

I.         Metode Psikologi Sosial
1.    Metode Penelitian Eksperimen
Penelitian Eskperimen merupakan salah satu prosedur penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui  dampak treatmen terhadap outcome, pada  subjek penelitian (Creswell, 2002)”
Munculnya metode ini diawali dari disangsikannya kebenaran dari renungan-renungan tentang gejala kejiwaan sesorang, sehingga diadakan percobaan-percobaan. Kesulitan-kesulitan yang dialami dalam penelitian eks[erimen disebabkan karena tidak semua proses kejiwaan dapat diamati oleh panca indera.
Syarat-syarat penelitian eksperimen:
a)         Eksperimenter harus dapat menetapkan saat timbulnya gejala yang hendak diteliti.
b)         Eksperimenter harus mengikuti proses eksperimen seteliti mungkin.
c)         Tiap-tiap eksperimen harus dapat diulang kembali dalam situasi yang sama.
1)          Metode survey
Metode survai: sebuah Metode penelitian dimana sejumlah besar orang diminta untuk menjawab pertanyaan tentang sikap dan tingkah laku tertentu (Baron & Byrne, 2003). Penelitian survai merupakan satu cara untuk mengumpulkan data secara efektif dan ekonomis terhadap sampel yang besar
2)          Metode sosiometri
Morena adalah orang yang berjasa dalam metode ini karena dialah yang menemukannya, yang mana metode ini merupakan metode baru dalam ilmu sosial dan terfokus untuk meneliti “intra-group- relations” atau saling berhubungan antara anggota kelompok di dalam suatu kelompok.
Sosiometri berasal dari bahasa latin socius (sosial) dan metrum (measure), pengukuran kelompok sosial.
Sosiometri merupakan alat pengumpul data untuk mempelajari hubungan sosial individu didalam kelompok. Sosiometri juga merupakan studi kuantitatif tentang hubungan interpersonal dalam suatu populasi. Sosiometri juga merupakan salah satu cara untuk mengukur tingkat keterkaitan diantara manusia.










BAB III
INTERAKSI SOSIAL

A.           Pengertian
          Interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok baik dalam kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian.

B.            Rumusan
1.        Faktor imitasi
2.        Faktor sugesti
3.        Faktor identifikasi
4.        Faktor simpati
a.         Faktor Imitasi
Faktor Imitasi, adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan. sebagai suatu proses, adakalanya imitasi berdampak positif apabila yang ditiru tersebut individu-individu yang baik menurut pandangan umum masyarakat.
b.         Faktor Sugesti
Faktor Sugesti, adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh atau pandangan itu dan akan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang.
c.         Faktor Identifikasi
Faktor Identifikas, adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola ( kata idol berarti sosok yang dipuja ). Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya amat kuat.

d.        Fackor Simpati,
Fackor Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Rasa tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan-keinginan untuk memahami pihak lain untuk memahami perasaannya ataupun bekerja sama dengannya.
e.         Factor Introyeksi
Factor Introyeksi yaitu suatu istilah yang berasal dari psikologi Freud ,yang terjadi dalam kondisi tertentu setalah terbentuknya kerja sama antara dua orang atau lebih berdasarkan simpati.

C.           Situasi Sosial
Situasi sosial adalah suatu kondisi tertentu dimana berlangsung hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain atau terjadi saling hubungan antara dua individu atau lebih .Menurut analisis dan uraian M.Sherif (13),seorang ahli ilmu jiwa di AS,situasi sosial itu dibagi kedalam dua golongan utama yaitu:
1.    Situasi kebersamaan
Situasi dimana sejumlah orang berkumpul pada lokasi dan waktu tertentu. Diantara orang orang tersebut mungkin tidak saling kenal karena merupakan sutau kebetulan. Faktor-faktor yang penting dalam situasi kebersamaan ini adalah bukan interaksi sosial yang mendalam tetapi adanya sejumlah orang, karena kepentingan bersama, dan berkumpul di suatu tempat. Misalnya orang yang berkumpul pada sebuah warung.
2.    Situasi kelompok sosial
Di dalam situasi kelompok selain individu-individu tersebut melakukan interaksi, mereka juga saling mengenal. Hubungan yang terjadi selain hubungan pribadi juga terjadi hubungan struktural dan hierarkis. Ada pembagian tugas diantara anggotanya, ada aturan-aturan atau norma yang berlaku.


D.           Pengaruh situasi kebersamaan
1.             Eksperimen situasi kebersamaan F.H Allport (1916-1919)
Dalam eksperimen ini ternyata bahwa situasi kebersamaan itu (togetherness situation) pada dirinya sendiri sudah dapat mempengaruhi tingkah laku manusia dengan cara demikian sehingga menjadi berlainan dibandingkan dengan tingkah laku manusia saat sendirian.
2.              Eksperimen Rosenbaum dan Blake
Suatu eksperimen yang dengan mudahnya menunjukan proses berlangsungnya imitasi dan sugesti dalam keadaan bersama.
3.             Eksperimen Asch
Pada eksperimen Asch 1952,akan nyata betapa besar peranan sugesti dalam situasi sosial pada umunya dan dalam situasi keadaan bersamaan pada khususnya.
Dalam eksperimen ini terdapat tiga variabel yiatu:
a.     Jumlah mayoritas
b.    Jumlah minoritas
c.     Taraf kesukaran tugas
4.              Kesimpulan eksperimen :
Dari eksperimen Allport ternyata bahwa situasi sosial pada diri sendiri sudah mempunyai pengaruh tertentu terhadap kegiatan individu dibanding dengan kegiatan yang sama apabila sendirian,yaitu bahwa situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyamaratakan pendapat-pendapat orang yang terlibat didalamnya.
5.             Dari ekssperimen Rosenbaum  dan Blake ternyata bahwa situasi togetherness itu sebagai bentuk situasi sosial dan sikap keraguan individu mengenai apa yang harus ia lakukan sangat memudahkan terjadinya imitasi dan sugesti terhadap tingkah laku orang dalam keadaanyang sama.



6.             Dari eksperimen Asch,ternyata bahwa pengaruh sugesti (mayoritas) terhadap penilaian individu dalam keadaan kebersamaan itu besar apabila individu itu ragu-ragu dalam penilaiannya.sugesti (mayoritas)dalam keadaan tadi akan diperkecil apabila terdapat pula sugesti minoritas yang berlawanan dengan sugesti mayoritas dalam keadaan yang sama.


























BAB IV
SITUASI KELOMPOK SOSIAL


A.           Pengertian
Situasi kelompok sosial (group-situation) adalah sebagai suatu situasi ketika terdapat dua individu atau lebih mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain. Karena terdapat situasi ini maka terbentuklah kelompok sosial, artinya suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, norma-norma tertentu.

B.            Jenis-jenis Kelompok Sosial
Kelompok sosial dapat dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu primary group dan secondary group (Charles H. Cooley) atau kelompok primer dan kelompok sekunder.
1.        Kelompok primer (primary group) yaitu suatu kelompok yang anggota-anggotanya mempunyai hubungan/interaksi yang lebih intensif dan lebih erat antar anggotanya. Contoh: keluarga, rukun tetangga / kelompok kawan sepermainan, kelompok agama.
2.         Kelompok sekunder (secondary group) adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan (pertemuan tidak harus face to face) dan formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Contohnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja.
Berdasarkan tingkat keformalan kelompok dibagi menjadi:
a.         Kelompok formal/kelompok resmi
        Yaitu suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu, anggota-anggotanya diangkat dan dilegimitasi oleh suatu badan/organisasi. Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contohnya adalah komite, panitia, organisasi pemuda.
b.        Kelompok informal
Kelompok yang terbentuk dari proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat atau dilegalisasikan dalam pernyataan normal. Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kelompok ini bisa berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu memiliki nilai-nilai yang perlu dibagi dengan sesama anggota.

C.           Ciri-ciri Utama Kelompok
Suatu kelompok bisa disebut sebagai kelompok social apabila memiliki ciri-ciri berikut:
1. Terdapat dorongan (motif) yang sama antar individu satu dengan yang lainnya (dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan bersama)
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
3. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.

D.           Membership Group dan Reference Group
Membership group merupakan kelompok dimana setia orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Ada kalanya seseorang tidak berkumpul dengan kelompoknya walaupun dia belum ke luar dari kelompok tersebut.
eference-group adalah kelompok social yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Reference group dan membership group agak sulit dipisahkan.

E.            Pembentuk norma sosial

Norma sosial adalah patokan-patokan umum mengenai tingkah laku dan sikap individu anggota kelompok yang dikehendaki oleh kelompok mengenai bermacam-macam hal yang berhubungan dengan kehidupan kelompok yang melahirkan norma-norma itu norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma


F.            Dinamika kelompok
Floyd D ( Psycology and Life )
Dinamika kelompok (group dynamics) merupakan analisis hubungan kelompok – kelompok sosial di mana tingkah laku dalam kelompok  adalah hsil interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial tertentu.

G.           Produktivitas Kelompok
Produktivitas kelompok yaitu afeksi dan keakraban anatar anggota kelompok.
Menurut para ahli, ada 8 prinsip yang harus di perhatikan dalam syarat produktivitas kelompok :
1.        Suasana
2.        Rasa aman
3.        Kepemimpinan bergilir
4.        Perumusan tujuan
5.        Fleksibilitas
6.        Mufakat
7.        Kesadaran kelompok
8.        Penilaian sinambung
a.          Suasana ( atmosfir) : suasana kerja ditempat kelompok itu berada hendaknya memberi kesan kepada semua anggota, bahwa mereka semua setaraf.
b.         Rasa aman ( threat reduction) : Perasaan aman, dan hilang rasa curiga mencurigai antara individu dalam kelompok.
c.          Kepemimpinan bergilir ( distributive leadership) : Kepemimpinan yang dilakukan secara bergilir yang dapat membangun kepercayaan pada diri anggota kelompok kerja, bahwa merekapun dapat dan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang sama dengan pemimpinan yang ada
d.          Perumusan tujuan ( goal formulation) : Perumusan tujuan kelompok harus jelas, sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota kelompok.
e.          Fleksibilitas (flexibility) : Perencanaan kegiatan harus cukup mengandung fleksibiltas, sehingga dapat dilaksanakan juga bila keadaan sudah berubah, baik karena keadaan dari luar maupun dari dalam kelompok.
f.          Mufakat (consensus) : Prinsip kebersamaan kelompok merupakan bentuk dari musyawarah dan mufakat. Sehingga rasa kebersamaan kerja terbentuk.
g.         Evaluasi yang sinambung ( continul evaluation) : Penilaian terhadap kegiatan yang telah dilakukan harus dibuat secara terus menerus, sehingga dapat menimbulkan motifasi baru terhadap program yang akan dijalankan berikutnya.

H.           Kepemimpinan Efektif
Kepemimpinan efektif adalah puncak dari keberhasilan seseorang dalam menjalankan tugas kepemimpinan.

I.              Tugas Pemimpin
Pada umumnya Tugas-tugas seorang pemimpina adalah mengupayakan agar kelompok yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuannya dengan sebaik-baiknya dalam kerja sama yang produktif dan dalam keadaan-keadaan bagaimana pun dihadapi kelompoknya.
Tugas seorang pemimpin dibagi dalam 3 bidang utama : ( Floyd Ruch)
1.        Structuring the situation. (membuat struktur yang jelas organisasinya)
2.        Controling group behavior.(mengawasi dan menyalurkan tingkahlaku kelompok)
3.        Spokesman of the group. (sbg juru bicara dalam dalam kelompok)
a.         Memberikan struktur yang jelas tentang situasi-situasi rumit yang di hadapi kelompok.
b.         Mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok.
c.         Menjadi juru bicara kelompoknya, dapat merasakan dan menerangkan kebutuhan kelompok ke dunia luar.

J.             Cara Memimpin
·              Pemimpin otokatrik/otoriter.
·              Pemimpin demokratis.
·              Pemimpin permisif/laissez faire.
·              Pemimpin pseudo demokratis.
Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.
Tipe kepemimpinan demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang mengacu pada hubungan. Di sini seorang pemimpin selalu mengadakan hubungan dengan yang dipimpinnya. Segala kebijaksanaan pemimpin akan merupakan hasil musyawarah atau akan merupakan kumpulan ide yang konstruktif. Pemimpin sering turun ke bawah guna mendapatkan informasi yang juga akan berguna untuk membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan selanjutnya.
Tipe kepemimpinan yang permisif atau laissez faire bisa bermakna serba boleh, serba mengiyakan, tidak mau ambil pusing, tidak bersikap dalam makna sikap sesungguhnya, dan apatis. Pemimpin permisif tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Bawahan tidak mempunyai pegangan yang jelas, informasi diterima simpang siur dan tidak konsisten.

K.           Sifat Pemimpin
1.        Persepsi Sosial
Persepsi sosial dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. untuk memenuhi tugas kepemimpinan. Persepsi sosial ini terutama diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan dan patokkan yang menyeluruh dari keadaan-keadaan didalam dan diluar kelompok.
2.        Kemampuan berpikir abstrak
Kemampuan berpikir abstrak dapat menjadikkan indikasi bahw seseorang mempunyai kecerdasan yang tinggi. Kemampuan abstrak yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan umum diluar kelompok dalam hubungannya degan tujuan kelompok.
3.        Keseimbangan Emosional
Pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan emoional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam perasaan, serta pengintegrasian kesemuanya itu kedalam suatu kepribadian yang harmonis.
BAB V
MOTIF DAN SIKAP

A.           Motif  Tunggal, Motif Bergabung
Motif  kegiatan,kegiatan kita dapat merupakan motif tunggal atau motif  bergabung. Misalnya, mendengarkan Warta Berita RRI mungkin mempunyai motif yang umum,mungkin juga bermotif  lain. Contoh lain,apabila seseorang menjadi suatu perkumpulan,maka motif-motifnya biasanya bergabung.
Dengan demikian, orang yang bersangkutan, mungkin mempunyai bermacam-macam motif yang sekaligus bekerja dibalik perbuatan, menggabungkan diri dalam organisasi itu, tetapi biasanya perbutan itu terdorong dengan satu motif utama dan beberapa motif  tambahan yang mungkin, merupakan rincian,dari motif utama itu.

B.            Motif  Biogenetis
Merupakan, motif yang berkembang pada diri orang dan berasal dari organismenya sebagai mahkluk biologis. Motif-motif  biogenetis merupakan, motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme orang demi kelanjutan,kehidupannya secara biologis. Motif  biogenetis ini  bercorak universal dan kurang terikat dengan lingkungan kebudayaan, tempat manusia itu berada dan berkembang. Contoh :  lapar,haus, kebutuhan akan, kegiatan dan istirahat, mengambil nafas,buang air, dsb

C.           Motif  Sosiogenetis
Merupakan, motif-motif  yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan, kebudayaan, tempat orang itu berada dan berkembang. Motif sosiogentis tidak berkembang dengan sendirinya tetapi berdasarkan interaksi sosioal dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang.  Macam motif sosiogenetis banyak sekali dan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan-perbedaan  yang terdapat diantara berbagai corak kebudayaan di dunia. Contoh : keinginan untuk mendengarkan musik Chopin atau musik legong bali, keinginan untuk membaca sejarah Indonesia,keinginan untuk bermain sepak bola, dsb.

D.           Motif  Teogenetis
Motif yang berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan seperti yang  terwujud dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha merealisasikan,norma-norma agamanya. Sementara itu manusia memerlukan interaksi dengan Tuhanya untuk dapat menyadari akan tugasnya sebagai manusaia yang berketuhanan  di dalam masyarakat yang heterogen. Contoh : keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa ,keinginan untuk merealisasikan norma-norma agamanya menurut kitab suci, dll.

E.            Peranan Motif
Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali, misalnya saat kita sedang menonton televisi di malam hari. Pada saat itu sebenarnya banyak sekali suara yang bisa kita dengar selain suara televisi. Seperti : suara serangga malam,anjing yang menyalak,detik-detik jam dinding,suara kendraan lewat dan bunyi-bunyi lainya di malam hari. Semua itu secara obyektif bisa kuta dengar melalui telinga kita tapi, ketika kita sedang menonton televisi kita tidak menafsirkan suara lain karena perhatian kita dicurahkan kepada televisi. Dalam hal ini nyata benar bahwa kita tidak hanya mendengar dengan telinga,tetapi didalamnya juga terlibat minat dan perhatian kita yang mengarahkan kita untuk fokus terhadap televisi tersebut. Singkatnya, minat dan perhatian kita ditentukan oleh motif-motif yang terdapat pada kita pada waktu itu

F.            Attitude
Pengertian atitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan tetapi sikap tersebut tetapi sikap tersebut disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai  dengan sikap objek itu . jadi ,attitude bisa diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Attitude senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal ,suatu objek .Tidak ada attitude tanpa ada objeknya.
Attitude mungkin terarahkan pada benda-benda ,orang-orang ,tetapi juga peristiwa-peristiwa, pemandangan-pemandangan,  lembaga-lembaga, norma-norma, nilai-nilai dan lain-lain.
  
G.           Attitude Sosial Dan Attitude Individual
Manusia itu tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu, tetapi attitude-attitude tersebut dibentuk sepanjang perkembangannya.peranan attitude-attitude tersebut dibentuk sepanjang perkembangan .Adanya attitude –attitude menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-objeknya . Attitude dapat dibedakan ke dalam attitude sosial dan attitude sosial dan attitude individual:Attitude  sosial pernah dirumuskan sebagai berikut: Suatu attitude sosial dinyatakan dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulang –ulang terhadap objek  sosial. Attitude sosial dinyatakan tidak hanya oleh seseorang,tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyaratan . Misalnya penghormatan yang berkali-kali dinyatakan dengan cara khidmat oleh sekelompok orang terhadap bendera, menunjukkan adanya attitude kelompok tersebut terhadap benderanya .
Atittude individual berbeda dengan attitude sosial,yaitu :
1.             Attitude individual dimiliki oleh seorang demi seorang saja ,misalnya kesukaan terhadap binatang-binatang tertentu,
2.             Attitude individual berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial.
Kita lambat-laun mungkin memperoleh sikap suka atau tidak suka kepada seorang kawan atau seorang pesaing, dan terhadap peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan kita.Jadi ,attitude mempunyai peranan yang penting dalam interaksi manusia .Apa yang attitude “sosialisasi” dari manusia itu sebagian besar terdiri atas pembentukan attitude-attitude khas yang memiliki orang Perancis,termasuk attitude-attitude terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial kelompok perancis.
Attitude sosial dan attitude pada umumnya itu mempunyai sifat-sifat dinamis yang sama seperti sifat motif dan motivasi; yaitu merupakan salah satu penggerak internal di dalam pribadi orang yang mendoronganya berbuat sesuatu dengan cara tertentu.

H.           Ciri-Ciri Attitude
1.        Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan ,tetapi di bentuk atau dipelajarianya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.
2.        Attitude dapat berubah-ubah ,karena itu attitude dapat dipelajari orang atau sebaliknya attitude-attitude dapat dipelajari sehingga attitude-attitude dapat berubah pada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude pada orang itu.
3.        Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek.
4.        Ojek attitude merupakan suatu hal tertentu,tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.jadi attitude dapat berkaitan dengan satu objek saja tapi juga berkaitan dengan sederetan objek yang serupa.
5.        Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan .

I.              Memahami Attitude
Untuk dapat memahami attitude social dan non social biasanya tidak mudah seperti juga tidak mudah untuk mengetahui struktur motif orang denan segala tingkah lakunya.Untuk dapat memahami attitude-attitude itu terdapat beberapa metode yangdapat digolongkan kedalam metode-metode langsung dan metode-metode tidak langsung.
ü  Metode langsung metode dimana orang secara langsung diminta pendapat atau anggapannya mengenai objek tertentu. Metode ini lebih mudah pelaksanaannya,tetapi hasil-hasilnya kurang dapat dipercaya daripada metode tidak langsung.
ü  Metode tidak langsung ,orang diminta agar menyatakan dirinya mengenai objek attitude yang diteliti tetapi secara tidak lngsung,misalnya dengan menggunakan test psikologi ( test proyeksi ) yang dapat mendaftarkan sikap-sikap dan attitude-attitude dengan cukup mendalam.Cara ini lebih sulit dilaksanakan tetapi lebih mendalam.

J.             Pembentukan Dan Perubahan Attitude
Pembentukan attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja . Interaksi social didalam kelompok maupun diluar kelompok dapat merubah attitude atau membentuk attitude yang baru.akan tetapi pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi diluar kelompoknya itu sendiri belum cukup untuk menyebabkan berubahnya attitude atau terbentuknya attitude yang baru.
1.        Faktor-faktor internal
Yang menjadi persoalan disini adalah apakah pandangan baru yang diperoleh melalui alat komunikasi itu dapat ditampung diantara sikap-sikap pandangan dan sikap-sikap perasaan yang sudah terdapat pada seseorang ?
Pilihan tersebut berhubungan erat dengan motif-motif dan attitude-attitude yang bekerja didalam diri kita pada waktu itu dan mengarahkan minat perhatian kita terhadap objek-objek tertentu diantara keseluruhan objek yang mingkin kita perhatikan pada waktu itu. Sebuah contoh sederhana mengenai adanya pilihan dalam pengamatan yang ditentukan motif-motif itu misalnya apabila seseorang sedang sangat lapar ia akan lebih memperhatikan rangsangan dari lingkungannya yang dapat membawakan orang itu kepada pemuasan dari kelaparan itu daripada rangsangan yang tidak berhubungan dengan kebutuhan akan makanan itu.

2.        Faktor- faktor Eksternal 
Dalam pembentukan dan perubahan attitude,selain faktor-faktor internal terdapat pula faktor-faktor eksternal. Mengenai faktor eksternal itu akan diuraikan beberapa hal seperti yang dikemukakan oleh M.Sherif dalam bukunya sbb :
a.    Dalam interaksi kelompok dimana terdapat hubungan timbal – balik yang langsung antara manusia.
b.    Karena komunikasi,dimana terdapat pengaruh-pengaruh (hubungan) langsung dari satu pihak saja.
Perubahan attitude dapat berlangsung dalam interaksi kelompok tetapi dalam hal itu harus dibedakan pula dua macam interaksi kelompok yaitu :
1)   Perubahan attitude karena shifting of reference-groups.
2)   Perubahan attitude didalam situasi kontak social antara dua kelompok itu. 
K.           Interaksi  Kelompok
Kelompok keluarga menjadi kelompok pegangan hidupnya dimana ia merasa adanya hubungan batin karena norma-norma dan nilai-nilai kehidupan serta attitude-attitude-nya.Bersamaan dengan itu,ia juga secra nyata dan formal adalah anggota keluarganya.Ia pertama-tama mengalami proses sosialisasi pada dirinya di dalam kerangka kehidupan keluarganya.Ia memperoleh norma-norma dan attitude pertama-tama di dalam lingkungan keluarganya.
L.            Shifting Of Reference-Group
Lambat laun ia mungkin harus meninggalka kelompok keluarganya untuk belajar atau untuk bekerja di salah satu tempat,berjauha dari kelomopk keluarganya .Jadi secara ‘lahir’ ,ia bukan lagi menjadi anggota keluarganya karena ia- di tempat belajar itu- menggabungkan diri dangan sebuah kelompok baru, misalnya sebuah kelompok mahasiswa.
a.    ia bertahan pada norma dan attitude-attitude kehidupan kelompok keluarga(reference-group-ya).
b.    Ia melepaskan norma dan attitude-attitude reference-group-nya itu dan menyesesuaikan dirinya sengan norma-norma dan attitude-attitude dari membership-group-nya sehingga dengan demikian ia menyetujui norma atau attitude yang baru.

M.          Perubahan attitude dalam situasi kontak antar kelompok
Perubahan attitude dalam situasi kontak antara dua kelompok berbeda dengan situasi dimana individu dilibatkan secara aktif untuk turut serta dalam interaksi intensif dan cukup lama. Setelah itu, kelompok dipersilahkan untuk mengunjungi tempat tinggal masing-masing. Sebelum mereka diberi ceramah, mereka dites untuk melihat bagaimana attitude-attitude mereka terhadap suku lain. Hasil tes tersebut menunjukan bahwa mereka menetap negatif , berarti bahwa situasi kontak sosial antar kelompok yang hanya terdiri atas ceramah dan saling mengunjungi seperti dalam kondisi-kondisi experimen ini tidak menghasilkan terjadinya perubahan attitude.

N.           Perubahan Attitude Karena Komunikasi Sepihak
Untuk memperoleh keterangan telah dilakukan puluhan bahkan ratusan eperimen yang meneliti faktor-faktor mana yang memegang peranan dalam usaha untuk membentuk atau mengubah attitude-attitude dengan cara komunikasi sepihak.

O.           Beberapa eksperimen
Experimen Murphy dan Newcomb (12) menyatakan bahwa perubahan attitude yang paling berhasil terjadi pada orang-orang yang sebelumnya diberi komunikasi tertentu ( ceramah, pidato, risalah, dsb )
Masalah ini diteliti secara experimental oleh Hovland. Berdasarkan hasil experimennya, Hovland menarik kesimpulan bahwa  :
1.        Apabila isi komunikasi rumit ( tidak mempunyai struktur dan susunan yang jelas ), maka komunikator yang harus menarik kesimpulan.
2.        Apabila isi komunikasi tidak ada berhubungan erat dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar, maka  komunikator menarik kesimpulan.

P.            Prasangka Sosial
Prasangka sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan orang yang berprasangka itu.prasangka sosisal yang pada awalnya hanya merupakan sikap-sikap perasaan negative itu lambat laun menyatakan dirinya dalam tindakan-tindakan yang diskriminatif terhadap orang-orang yang termasuk golongan-golongan yang diprasangkai itu tanpa alasan-alasan yang objektif pada pribadi orang yang dikenai tindakan-tindakan diskriminatif.

Q.           Penjelasan Prasangka Sosial
Bahwasannya tindakan-tindakan diskriminatif yang berdasarkan prasangka sosial merugikan masyarakat Negara itu sendiri, sudah jelas pula karena dengan demikian perkembangan potensi-potensi manusia masyarakat itu sendiri sangat dihambat. Maka dinegara-negara yang bersangkutan telah pula diupayakan untuk mengubah dan menghilangkan prasangka-prasangka sosial yang picik dan yang menghambat perkembangan masyarakat dengan wajar.

R.           Beberapa Sumber Prasangka
Dalam beberapa penelitian dan observasi tampak bahwa disekolah-sekolah internasional tidak terdapat sedikit pun prasangka sosial pada anak-anak sekolah yang berasal dari bermacam-macam golongan ras atau kebudayaan. Secara tidak sadar mereka lambat laun mungkin memperoleh sikap-sikap tertentu terhadap golongan-gologan tertentu yang lambat laun dapat melahirkan stereotip-stereotip.



S.             Terjadinya Prasangka Sosial
Terjadinya prasangka sosial semacam ini dapat juga disebut pertumbuhan prasangka sosial dengan tidak sadar dan yang berdasarkan kekurangan pengetahuan dan pengertian akan fakta- fakta kehidupan yang sebenarnya dari glongan-golongan orang yang dikenai stereotip-stereotip itu.

T.            Ketidak Sadaran Akan Kerugian-kerugian
Faktor ketidaksadaran akan kerugian-kerugian masyarakat sendiri akibat prasangka sosial itu dapat menjadi sebab bahwa prasangka sosial itu dapat berkembang terus-menerus. Apabila orang telh sadar akan kerugiannya dalam menempuh prasangka sosial itu, orang akan berusaha menghilankannya. Dalam hubungan ini, terdapat pula serentetan kerugian pribadi yang tidak kita bahas disini.

U.           Ciri Pribadi Orang Berprasangka
Terdapat beberapa cirri pribadi orang mempermudah bertahannya prasangka sosial, antara lain pada orang-orang yang berciri tidak toleransi, kurang mengenal akan dirinya sendiri, kurang berdaya cipta, tidak merasa aman, memupuk khayalan-khayalan yang agresif dll.

V.           Frustasi dan agresif
Apabila seseorang secara pribadi mengalami frustasi yang ingin dipuaskannya secara agresif, ia mungkin menendang kursinya , atau memukul anjingnya, atau memperlihatkan kejengkelannya dengan cara lain. Akan tetapi, apabila segolongan orang mengalami frustasi tertentu yang menimbulkan agresi, maka dengan sangat mudah perasaan-perasaan agresif tersebut dihadapkan kepada segolongan lain yang diprasangkainya yang lalu diserangnya secara kurang atau lebih intensif.



W.         Upaya-upaya Mengurangi Prasangka Sosial
Upaya-upaya mengurangi prasangka sosial antar golongan itu kiranya jelas harus dimulai pada  pendidikan anak-anak dirumah dan disekolah oleh orang tua dan gurunya. Sementara itu, sebaiknya dihindarkan pengajaran-pengajaran yang dapat menimbulkan prasangka-prasangka sosial tersebut dan ajaran-ajaran yang sudah berprasangka sosial. Selain itu, puluhan experimen dengan sekelompok kecil telah menyatakan bahwa interaksi antar  golongan yang cukup  intensif mampu sekali melenyapkan stereotip dan prasangka sosial antar golongan itu.























BAB VI
PENGARUH MASYARAKAT TERHADAP
 PERKEMBANGAN SOSIAL

A.           Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan
Keluarga merupakan kelompok social yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia social dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.
Keluarga merupakan kelompok primer, yaitu kelompok yang mempunyai interaksi social yang cukup intensif, cukup akrab, hubungan antara anggota satu dengan anggota yang lain cukup baik. Kelompok ini juga sering disebut  face to face group, anggota kelompok satu sering bertemu dengan anggota kelompok yang lain, sehingga para anggota kelompok saling mengenal dengan baik. Kelompok ini juga berpengaruh dalam perkembangan dan kehidupan individu.
Pengalaman-pengalamannya dalam interaksi social dalam keluarganya turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan social diluar keluarganya. Jadi, selain dari peranan umum kelompok keluarga sebagai ke rangka social yang pertama, tempat manusia berkembang sebagai mahluk social, terdapat pula peranan peranan tertentu didalam keadaan-keadaan keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai mahlik social.

B.            Peran Sekolah Terhadap Perkembangan
Peranan sekolah terhadap perkembangan sosial anak-anak ini kurang mendapat penelitian yang tegas. Sebab interaksi sosial yang berlaku di sekolah biasanya tidak sedemikian mendalam dan kontinu seperti yang terjadi dalam rumah tangga.
Sekolah merupakan media sosialisaai yang lebih luas dari keluarga. Sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan prilaku seorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru di kemudian hari di kala anak atau orang tidak lagi mengantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya.
Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga di mana anak manis anak masih dapat mengharap bantuan dari orang tua dan acap kali memperoleh perlakuan khusus di sekolah anak di tentuntut untuk bias bersikap mandiri dan senang tiasa memperoleh perlakuan yang tidak berbeda dari teman-temannya.
1.        Peran Lingkungan Kerja
Seorang individu melewati masa kanak-kanak dan masa remaja kemudian meninggalkan dunia kelompok permainannya, individu memasuki dunia baru, yaitu di dalam lingkungan kerja. Pada umumnya individu yang ada di dalamnya sudah memasuki masa hamper dewasa bahkan sebagian besar mereka sudah dewasa, maka system nilai dan norma lebih jelas dan tegas.
Di dalam lingkungan kerja individu saling berinteraksi dan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalamnya. Seseorang yang bekerja di likungan birokrasi biasanya akan memiliki gaya hidup dan prilaku yang berbeda dengan orang lain yang bekerja di perusahaan swasta. Seseorang yang bekerja dan bergaul dengan teman-temannya di tempat kerja seperti dunia pendidikan tinggi, besar kemungkinan juga akan berbeda prilaku dan gaya hidupnya dengan orang lain yang berprofesi di dunia kemiliteran.
2.        Media Massa
Dalam kehidupan masyrakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting terutama untuk menerima dan menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak yang lain. Akibat pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu yang sangat singkat, informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan, dansebagainya dengan mudah di terima oleh masyarakat.sehingga media massa, suratkabar, TV, film, radio, majalah dan lainnya mempunyai peranan penting dalam proses tranformasi nilai-nilai dan norma-norma baru kepada masyarakat.
3.        Masalah Tingkah Laku Kriminal.
Mungkin benar bahwa ada bnayak perbedaan antara etika sebagai cabang filsafat, praktis, normative, dan ilmu-ilmu sosial. Meski demikian, apa yang di katakana antoon Van harskamp dalam pendahuluannya mengenai ilmu-ilmu sosial, yaitu bahwa tujuan mereka bukan untuk mengumpulkan pengetahuan, melain untuk meberi sumbangan pada pemahaman dan pemecahan konflik manusia dan sosial, juga berlaku untuk etika, sejauh menyangkut harapan umum dalam masyrakat yang pluralistis. Sebab dan autoritatis antas masalah-masalah praktis tertentu, khusunya masalah yang bersifat kolektif dan memecah belah masyarakat serta mengancam stabilitanya.


.

 






No comments:

Post a Comment